Kamis, 27 Juni 2013

Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Tengah

Keppres Nomor 82 Tahun 1995 tentang Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah telah mendasari pelaksanaan proyek pengembangan lahan gambut (PLG) untuk pertanian tanaman pangan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Proyek ini berhasil membuka areal baru pertanian (ekstensifkasi), meningkatkan intensitas tanam, memanfaatkan lahan-lahan berawa, membangun berbagai jenis saluran, pintu-pintu air, mencetak sawah, jalan dan jembatan, sarana permukiman, serta mendatangkan transmigran baik dari luar maupun lokal. Semua itu dilakukan oleh dan dengan anggaran berbagai departemen selama 4 sampai 5 tahun.

Di areal PLG terdapat potensi lahan padi seluas 160.000 ha yang setiap tahunnya menyumbangkan pangan tanaman padi bagi masyarakat di sana, Pada musim tanam April-September 2006 saja, misalnya, terdapat luas areal sawah 12.500 ha dengan komposisi bibit unggul seluas 512 ha dan bibit lokal seluas 11.988 ha.

Dalam kaitan ini, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menaruh perhatian besar pada potensi ekonomi dan besarnya aset yang telah ditanam pemerintah pusat di kawasan PLG itu. Inilah yang mendiring Presiden RI, pada 29 Agustus 2006, mencanangkan ”Rehabilitasi dan Revitalisasi Pengembangan Lahan Gambut” di Kalimantan Tengah, sekaligus melakukan panen perdana untuk penanaman padi seluas 12.500 ha yang terdiri dari 500 ha padi unggul dan 12.000 ha padi local. Dalam sambutannya Presiden berharap: ”... teruskanlah mengembangkan, merencanakan, menata semuanya itu dengan baik, dengan penuh semangat, dengan penuh tanggung jawab, agar cita-cita Pak Gubenur dengan semua pimpinan dan masyarakat Kalimantan Tengah ini dapat terwujud dengan baik”.

Lebih lanjut, Presiden menunjukkan keseriusannya terhadap proyek ini dengan mengeluarkan Inpres Nomor 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, dengan menugaskan Gubenur Kalimantan Tengah dalam penanganan Lahan Gambur sangatlah berat, namun dengan tekad dan optimisme yang tinggi kiranya harapan Presiden dapat terwujud. Ini tercermin dari ungkapan Beliau: ”Kami yakin proyek ini tidak saja bakal menyejahterakan penduduk Kalimantan Tengah, tapi juga akan memberikan kontribusi pangan dalam skala nasional. Ini juga sekaligus membuka lowongan kerja buat masyarakat sekaligus lahan investasi baru untuk investor, ”ujar Teras Narang, optimistis.

Sebagai provinsi ketiga terluas di Indonesia, Kalimantan Tengah mempunyai kawasan hutan seluas 10.294.388,72 ha atau 64,04% diri total luas wilayahnya. Dengan karakteristik vegetasi penutupan lahan yang unik dan khas, hutan-hutan di provinsi ini dibagi dalam empat tipe penyebaran, masing-masing Hutan Hujan Tropika seluas 10.350.363,87 ha atau 65,51% dari total luas provinsi; Hutan Rawa Tropika seluas 2.383.683,31 ha atau 15,08% dari total luas provinsi; Hutan Rawa Gambut seluas 2.280.789,70 ha atau 14,44 % dari total luas provinsi; dan Hutan Pantai Mangrove seluas 832.573,55 ha atau 5,27%dari total luas provinsi.

Luas hutan yang mencapai 64,04% dari total luas wilayah ini bisa dipastikan sangat menguntungkan Provinsi Kalimantan Tengah. Sektor ini menyumbang penerimaan negara yang cukup besar dalam bentuk provisi sumber daya hingga sebesar Rp 132.347.418.067,50,- dan dana reboisasi sebesar Rp 316.558.344.542,59,-. Penerimaan negara tersebut berasal dari pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPK), IPK dan Izin Sah Lain-nya (ISL) serta dari hasil lelang kayu trmuan maupun kayu sitaan.

Sektor perikanan pada 2006 produksinya mencapai ± 88.893 ton, naik 8,5% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 82.212 ton adalah perikanan tangkap dan 6.681 ton sisanya produksi perikanan budidaya. Termasuk dalam jenis ikan hasil tangkapan di laut adalah tongkol, kembung, udang, kepiting, rajungan, kakap, sembilang, mayung, selar, tenggiri, benagin, pari, cucut, belanak, teri tembang, dan lainya. Sedangkan, hasil tangkapan perairan tawar meliputi baung, gabus, lais, sepat, gurami, biawan, toman, seluang, jelawat, patin, tapah, kelabau, udang galah, betutu, dan lain-lain. Jenis ikan hasil budidaya pada 2006 meliputi: patin, nila, toman, ikan mas, bawal air tawar, jelawat, gurame, lele, betok, udang galah, udang windu, dan bandeng.

Sektor peternakan di Kalimantan Tengah pada umumnya masih digarap secara tradisional dalam bentuk usaha kecil atau rumah tangga. Padahal, luas lahan rumput yangpotensial untuk berbisnis peternakan sapi, kerbau, kambing/domba, dan unggas tersedia luas. Namun demikian, populasi ternak selama 2004 terus nail, khususnya ternak sapi potong yang jumlahnya naik dari 55.999 ekor pada 2005 manjadi 63.375 ekor pada 2006 atau naik 13,24%. Ini semua berkat kegiatan aksi pembibitan dan Penguatan Modal Keuangan Usaha Kelompok (PMKUK) dan skim kredit ketahanan pangan.

Produksi daging juga meningkat dari 13.8925.579 kg pada 2005 menjadi 25,52%. Lenaikan yang sama terjadi pada produksi telur dari 3.851.223 kg pada 2005 menjadi 4.996.351 kg pada 2006 atau nail 29,73%.

Sumber daya alam yang tak kalah memikat di Bumi Tambun Bungai ini adalah perkebunan kelapa sawit. Sektor ini dari tahun terus memikat para investor. Pada 2006, terhampar 523.502 ha kebun sawit, dengan jumlah produksi 1.100.000 ton. Dari buah yang melimpah itu, pemerintah setempat manarik keuntungan dari hasil 813.897 ton crude palm oil (CPO) pada 2006 dan 165.000 ton PLO. Berpijak pada fenomena inilah pemerintah setempat kemudian menargetkan produksi CPO mencapai 2 juta ton pada 2009. jika produksi sawit meningkat, kebutuhan pupuk pun bisa dipastikan meningkat. Inilah bisnis sampingan yang bisa digarap selain sawit. Pada 2006 saja, perkebunan sawit di Kalimantan Tengah menyedot 161.361 ton pupuk. Bisa dibayangkan, jika produksi sawit itu ditargetkan mancapai 2 juta ton.

Secara geologis, Kalimantan Tengah terdiri atas satuan batuan beku (25%), bantuan sedimen (65%) dan batuan metamorf (10%). Ketiga satuan batuan ini membawa potensi bahan galian tambang yang beragam. Pada satuan beku ini, erdapat di bagian utara Kalimantan Tengah dan dikenal sebagai ”Borneo Gold Belt”, tersimpan potensi emas dan perak serta beberapa jenis logam dasar. Satuan sedimen terdiri atas tigacekungan besar masing-masing cekungan Balito, cekungan Melawi dan cekungan Kutai. Ketiga cekungan ini mangandung cebakan minyak dan gas bumi, batubara, logam mulia dan logam dasar sekunder.

Sejumlah investor lokal maupun luar telah melirik bisis pertambangan yang menggiurkan ini. Ini terlihat dari jumlah perizinan dan kontrak yang dibuat oleh Pemda Kalimantan Tengah, mulai dari enam Kontrak Karya (KK), 15 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), 289 Kuasa Pertambangan (KP), 60 Surat Izin Pertambangan Rakyat Daerah, 23 Surat Izin Pertambangan Rakyat (WPR) di lokasi seluas 87.537,94 ha.

Di Kalimantan Tengah kini tersedia potensi 3,5 miliar ton batubara, terdiri atas 1.6064 miliar ton dengan klasifikasi tereka, dan 684.931 juta ton dengan klasifikasi terukur. Target produksinya memang 5 juta ton per tahun, meskipun realisasinya baru mencapai 2 juta ton akibat kendala angkutan. Diperkirakan produksi 2009, akan mencapai 20 juta ton per tahun.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007), dalam:

http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-kalimantan-tengah/sumber-daya-alam

1 komentar:

  1. There are not many writers who can display good content like this article, I hope I can read your article more.
    https://academyarete.com/forum/profile/situs988poker/

    BalasHapus